Never Stop Exploring

karstindonesia.blogspot.com

NOT TAKE ANYTHING EXCEPNT THE PICTURE

karstindonesia.blogspot.com

This is default featured

karstindonesia.blogspot.com

This is default featured

karstindonesia.blogspot.com

Rabu, 19 Desember 2012

PRIMATA TERKECIL DI DUNIA

PRIMATA TERKECIL DI DUNIA 
Di Temukan di Taman Wisata Alam Gua Pattunuang Kab. Maros
Baharuddin Burhan, M.Si

Tamana wisata alam Pattunuang merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang berada di Kab. Maros Provensi Sulawesi Selatan berdasrkan SK Menteri Kehutanan NO. 59/Kpts-II/1987 Tanggal 8 November 1993 dengan luas 1.506,25 Ha. Taman wisata alam gua Patunuang di tunjuk untuk melestarikan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sarana pariwisata, rekreasi, pendidikan dan penelitian.
Keanekaragaman hayati yang di miliki kawasan ini sangat banyak , salah satunya di antaranya adalah Tarsius Spectrum sebagai primata terkecil di sunia yang beraktifitas pada malam hari (Nokturnal). Tarsius Spectrum termasuk pemakan serangga, kecoak, cecak, ular daun, buah serta bii-bijian sehinga termasuk satwa Insectior dan penginacar biji-bijian. Daerah penyebaran Tarsius Spectrum sangat tergantung  pada persedian dan penyebaran pakan serta tingkat keamanan habitat menurut Zaenal Sakram (2003). Tipe habitat tarsius di kawasan ini adalah bambu, rongga kayu , tajuk serta lubang batu. Keempat tipe habitat ini masing-masing memiliki kekurang dan kelebihan misalnya pada habitat bamboo kelebihannya adalah tarsius dengan mudah melahat predator , dapat dengan leluasa di tempati bermain, mudah mendapatkan makanan. Adapun kekurangannya adalah mudah dilihat musuh, tembus air hujan berarti tidak baik sebagi tempat berlindung (shelter).
Daerah tertorial Tarsius Spectrum dapat mencapai 2 KM, sebagai tempat yang selalu di pertahankan. Tarsius jantan dan tarsius betina masing-masing memiliki tugas, Tarsius  betina betina bertugas didekat sarang mengawasi keluarga, sedangkan tarsius jantan bertugas mencari makanan dan mengelilingi daerah jelajah dengan luas berkisar 2-4 hektar (Zakram Sainal, 2003). Tugas ini dilakukan setiap hari, sehingga waktu berkumpul dengan keluarga biasanya tarsius jantan selalu terlambat karena daerah jelajahya yang cukup luas. Jika dalam perjalan pulang hujan turun dengan terpaksa harus mencari tempat peristirahatan sementara sebelum berkumpul kembal dengan kerabatnya.
Tarsius hidup berkelompok yaitu 4-5 individu berkelompok, pemisahan-pemisahan yang terjadi di dalam kelompok, hanya bersifat sementara karena selalu kembali ke sarang.
Dalam Red Data Book/IUCN,  spesies ini memiliki tingkat ancaman yang lebih tinggi, harus mendapatkan penanganaan secara serius terutama kerusakan habitat yang diakibatkan oleh ulah manusia. Kerusakan-kerusakan ini dapat mempercepat laju kepunahan spesis, sehingga perlu upaya konservasi yang dapat di lakukan adalah penyuluhan/ penyaar tahuan tentang keberadaan spesies ini yang merupakan dunia yang patut di lestarikan karena nilai ekologi dan ekosistemnya.
Pustaka:
-          BKSDA, 2003. Taman Wisata Alam  Gua Patunuang  Maros.
-          Sakram Zaenal, 2003. Studi tipe habitat Tarsius Spectrum Di Taman Wisata Alam Patunuang Kab. Maros
-          Dokumentasi: http://sptn2tnbantimurungbulusaraung.blogspot.com/
-          Bulatein Lembanna edisi ke 11/Mei 2005





Rabu, 12 Desember 2012

KARST, GUDANGNYA FAUNA GUA


CAHYO RAHMADI
Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Dalam kurun lebih dari dua abad, 84 jenis fauna gua, khususnya invertebrata,telah ditemukan dan dicatat.Angka itu sangat kecil, bila dibandingkan keberadaan fauna yang sesungguhnya dan waktu yang dibutuhkan. Hampir 50persen di antaranya adalah jenis trogoblit: khas gua, tak pernah ditemukan di luar Jiang Bumi.
Temuan jenis baru memang mengalami pasang surut. Masa 1798-1938, selama 38 tahun tercatat 32 jenis. Kemudian menurun, hanya empat jenis baru tercatat pada periode 1940-1985. Baru, dalam 21 tahun terakhir, dideskripsi 38 jenis baru dari gua-gua Indonesia.
Sayangnya, nyaris 98 persen jenis baru itu dideskripsi oleh orang asing. Keterlibatan orang Indonesia masih sangat kecil dan baru berkontribusi nyata pada awal tahun 2000-an.

Surga bagi peneliti asing
Dari catatan tersebut, gua-gua Indonesia masih berpotensi menyimpan beragam fauna dan ratusan kandidat jenis barn. Tabun 2005,misalnya, sejenis laba-laba barn sebesar telapak tangan dikoleksi dari gua-gua di Karst Maros.
Laba-laba ini sangat mudah ditemukan. Setelah dipelajari lebih jauh, akhirnya, dinamai Heteropoda beroni. Fauna sebesar ini saja menjadi jenis barn di Indonesia; apalagi jenis-jenis yang kecil dan mikro. Contoh lain, sejenis udang-udangan gua di Karst Cibinong, selatan Jakarta. Jenis ini, catatan barn di Jawa; dan disebut Stenasellus javanicus.
Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa orang asing begitu bersemangat untuk mengeksplorasi Jiang-Jiang tanah Indonesia. Seorang peneliti Prancis yang kerap keluar-masuk gua Nusantara berpendapat, kekayaan fauna gua Indonesia tertinggi di kawasan Asia tropis.
Pun, buku serial Ecosystem of The World: Subterannean Ecosystem mengungkap, hanya dari satu sistem gua di Karst Maros bisa dijumpai beberapa jenis fauna yang jumlahnya melebihi yang ditemukan di Thailand maupun negara lainnya.

Langka namun terabaikan
Fauna gua, khususnya invertebrata, adalah kelompok yang menarik; selain populasinya yang sangat kecil, juga sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Ditinjau tingkat keendemikannya, fauna gua mempunyai tingkat endemisitas yang tinggi. Hal ini tidak kalah dengan curik bali yang hanya ditemukan di Pulau Bali maupun elang jawa yang terbatas di Pulau Jawa.
Beberapa jenis yang ditemukan diyakini bersebaran sangat terbatas. Stenasellus javanicus, sampai saat ini, hanya ditemukan di sebuah genangan air di satu gua Cibinong. Dan, belum pernah ditemukan di gua lain di Jawa.
Kepiting-gua-buta dari Karst Maros, Cancrocaeca xenomorpha, hanya ditemukan di dua gua; namun kerabat dekatnya diyakini sebagai marga barn, hanya dijumpai di Pulau Muna dan gua di Sangkulirang, Kalimantan Timur. Kepiting gua lain yang endemik, Sesarmoides jacobsoni, hanya ditemukan di Karst Gunung Sewu, selatan Jawa.
Hampir semua jenis yang ditemukan adalah fauna bersebaran sangat terbatas dan mempunyai populasi yang sangat kecil. Jika memakai kategori IUCN [International Union for Conservation Nature and Natural Resources], sebuah lembaga konservasi sedunia, hampir semua fauna gua layak masuk Red List Data Book, buku daftar merah jenis.
Namun, sayangnya, kepedulian masyarakat maupun pemerintah atas fauna gua dan habitatnya masih jauh dari harapan rendah. Buktinya, belum ada lembaga swadaya masyarakat [LSM] yang menyerukan perlindungan atau menaruh perhatian terhadap fauna gua dan habitatnya.

Karst dan konservasi
Satu-satunya kawasan karst penting yang dilindungi dan berstatus taman nasional adalah Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan. Status ini bisa jadi bukan lantaran keelokan kawasan karst dan fauna guanya; namun karena faktor lain.
Pakar manajemen kawasan karst Institut Pertanian Bogor, Arzyana Sunkar, mencatat, sebuah kawasan layak dilindungi berdasarkan tujuh pertimbangan. Pertimbangan tersebut: karakteristik dan keunikan ekosistem, jenis-jenis khusus yang diminati, memiliki keanekaragaman jenis,
Satu hal mutlak, pengembangan potensi kawasan karst tidak meningAalkan
pelestarian sekaligus menyejahterakan masyarakat sekitar. Perlu dipikirkan bersama untuk mencari pemecahan atas permasalahan yang ada.
bentang alam atau ciri geofisik yang spesifik, fungsi perlindungan hidrologi, fasilitas pariwisata alam dan tempat peninggalan budaya.
Nah, semua pertimbangan tersebut dijumpai di kawasan karst. Ekosistem karst dan gua sangat unik. Bentang alam dan ciri geofisiknya mempunyai kekhasan tersendiri antar satu kawasan dengan lainnya.
Hampir kawasan karst berfungsi sebagai tandon air raksasa dengan aliran sungai bawah tanah, seperti di Karst Gunung Sewu. Sebagai peninggalan budaya, gua-gua kawasan karst adalah penyimpan sejarah. Penemuan fosil manusia kerdil di Flores, manusia bandung di Gua Pawon dan gambar cadas di Sangkulirang, Maros dan daerah lainnya adalah sederet bukti.
Sebagai tempat wisata, kawasan karst pun tak kalah menarik. Panorama alam gua telah banyak diketahui, cocok untuk wisata massal maupun minat khusus; seperti penelusuran gua. Keberadaan fauna di dalamnya pun sudah layak menjadikan kawasan karst untuk dilindungi.
Namun, kondisi terkini ekosistem karst nyaris terabaikan; hanya sebagai tempat eksploitasi meraup keuntungan sesaat: mendongkrak pendapatan asli daerah [PAD]. Hampir pulau-pulau di Indonesia, kawasan karstnya digunakan sebagai lahan pertambangan.
Sejumlah kawasan karst direncanakan akan ditambang dan beberapa pabrik semen akan didirikan, seperti yang ada di Sangkulirang, Sukabumi, Grobogan dan Tuban. Penambangan ini akan berdampak pada fungsi hidrologi sehingga peran karst sebagai tandon air raksasa akan hilang. Pengelolaan wisata juga masih berorientasi wisata massal yang cenderung mengorbankan keaslian dan
keunikan gua.
 Potensi yang perlu dikembangkan
Karst sebagai ekosistem unik memang layak dilindungi, sekaligus juga akan
melindungi faunanya. Kriteria-kriteria perlindungan pun telah melekat pada kawasan
karst. Persoalannya, tinggal masyarakat dan pemerintah berupaya melestarikan keberadaaan karst dan segenap potensinya.
Satu hal mutlak, pengembangan potensi kawasan karst tidak meninggalkan pelestarian sekaligus menyejahterakan masyarakat sekitar. Perlu dipikirkan bersama untuk mencari pemecahan atas permasalahan yang ada.
Pengembangan wisata gua, hendaknya lebih berorientasi pada kelestarian. Bukan pada pendapatan sesaat yang mempertaruhkan nasib karst di masa depan.
Kerusakan-kerusakan gua akibat pengelolaan wisata yang kurang tepat, hendaknya
menjadi pelajaran yang berharga.
Pengembangan potensi hidrologi sebagai cumber kehidupan perlu didukung agar dapat menjamin kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan seperti yang dilakukan di Gua Bribin, Gunung Kidul, dapat menjadi teladan pemanfaatan yang lestari. Kesadaran beberapa pemerintah daerah dengan menerbitkan peraturan daerah karst perlu dilandasi data akurat; agar tepat dalam perumusan dan penerapannya.(sumber tulisan;Copy BRAGA – Juli 2007) (sumber dokumentasi;copy korpala&aps agustus 2008)



Nama              : Andi Mulatauwe
Jenis Kelamin  : Pria
Tentang Saya  : Lahir di Bantaeng dan besar di Bantaeng, saat ini tinggal di Makassar,ikut sebuah organisasi pencinta alam di universitas hasanuddin senang dengan kegiatan lingkungan karst
Hubungi saya  :
email : mulacaver@yahoo.com
http://www.facebook.com/mulacaver

Selasa, 20 November 2012

GUA LIMESTONE DALAM KAWASAN KARST MAROS MAKASSAR SULAWESI SELATAN

Indonesia adalah daerah kepulauan dan memiliki kurang lebih 18.000 pulau dan 240 juta orang penduduk yang hidup di dataran Indonesia. Namun Pulau  Sulawesi  merupakan salah satu pulau yang terbesar  yang bebentuk K dan memiliki 6 provinsi di antara lain Provinsi Sulawesi utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Provinsi Sulawesi selatan memiliki luas 62.482,54 km² dan memliki jumlah penduduk 8.032.551 jiwa yang  didominasi oleh suku bugis Makassar . Makassar  ini, begitu terkenal di masa lalu untuk produk rempah-rempah yang diimpor di Eropa dengan perjalanan panjang melintasi lautan sehingah Makassar terkenal  dengan para pelaut ulungnya, terakhir ini menarik perhatian internasional dengan banyaknya ribuan wisatawan internasional dan domestik  yang datang mengunjungi makassar. Situasi politik daerah ini normalitas dan sangat mudah untuk di akses.
Sekilas Studi Sejarah
            Karst maros merupakan salah satu national park bantimurung bulusaraung yang memiiki keindahan eksotis yang di tetapkan pada tahun 2004 oleh kementerian kehutanan yang memiliki luas ± 43.750 Ha yang dahulunya hanya sebagai cagar alam karaenta yang Meskipun  sudah banyak publikasi mengenai Karst maros dengan di dominasi oleh batuan limestone yang berada sejak beribu tahun yang lalu,
Sekilas Studi peta dan satelit udara
Karena kesulitan untuk menembus bagian internal dari pegunungan dan lingkungan karst maros, untuk mendapatkan peta yang baik dan tepat kami harus menunggu hasil survei
Peta topografi tidak  cukup akurat, dengan berjalanya ilmu dan tehnoligi Kualitas sebagian besar lebih baik. Dengan menggunakan Google Earth kami mengidentifikasi dari citra satelit gua leang pute dan gua dinasaurus sebagai dolina yang besar dengan bantuan peta geologi karst untuk menganalisis gua tersebut.

Tranasportasi,Komunikasi,Kesahatan,Perizinan,Logitick,Peginapan dan peralatan

Transportasi
Beranjak dari Makassar menuju kawasan karst maros dengan jarak 41 km kita bisa menemukan banyak akses transportasi, baik card rental atau angkutan umum(pete-pete) dan sangat mudah di temukan, dan baiyanya  relative. Bila  menggunakan rental card hanya mengeluarkan biaya Rp. 250.000 – Rp. 300.000/ one day belum termasuk driver dan gasoline. Apabila mengunakan angkutan umum (pete-pete) sangatlah lebih murah hanya menggeluarkan uang sebesar Rp 20.000 – Rp. 25.000,-/orang. dengan di mulai dari Terminal sentral menuju Terminal daya dan di lanjutkan Terminal maros dan berakhir kawasan karst maros yang eksotis, dalam perjalanan menuju kawasan karst maros kita sudah dapat merasakan hawa dingin dari Tower – Tower karst maros yang ingin rasanya menjalajahi isi keindahan bukit – bikit limestone.

            Komunikasi
            Makassar merupakan kota yang besar dan sangat pesat kemajuannya. Kita banyak melihat Tower –tower komunikasi yang berada di Makassar atau kota daeng , untuk jaringan seluler bisa menggunakan telkomsel  dan sangat lumayan untuk menjalajahi kawasan karst maros, atau mengunakan radio komunikasi karena kominutas radio kumikasi sangat banyak di Makassar antara lain RAPI(Radio Antar Penduduk Indonesia) dan ORARI (Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia) dan sangat baik pula jika menggunakan satelit phone.
            Kesehatan
            Makasar tidak memiliki endemic malaria, Menuju kota dunia tidak lepas dari adanya sarana kesehatan, saat ini memiliki banyak Rumah Sakit bertaraf Internasional, antara lain Rumah Sakit pendidikan universitas Hasanuddin, rumah sakit Wahidin, private center dan masih banyak lagi, Maros pun memiliki rumah sakit umum yang bernama rumah sakit Salewangang , dan beberapa Puskemsmas dan Pustu yang berada di setiap kecamatan dan desa, akses yang paling dekat dengan kawasan karst maros adalah Puskesmas Bantimurung dengan jarak 12 km dari Rumah Sakit Umum Salewangang yang berada di Maros dan dari Rumah Sakit Umum Salewangan berjarak 20 km dari rumah sakit wahidin dan rumah sakit pendidikan universitas hasanuddin.

            Perizinan
            Sebelum melakukan perjalanan jauh menuju karst maros yang beatiful sebaiknya mengurus perizinan, perizinan ini di mulai dari kantor taman nasional bantimurung bulusarang yang berada sekitar 43 km dari kota Makassar disini staf taman nasional sangatlah ramah dengan pelayanannya, dan selanjutnya mengurus perizinan kepada  kepala desa yang direncakan desa untuk melakukan ekspedisi. Sehingah dapat membantu kegiatan ekspedisi nantinya. Di taman nasional bantimurung bulusaraung akan di kenakan biaya masuk izin kawasan taman nasional dengan biaya Rp 2.500,-/ orang dan apabila melakukan penelitian akan lebih repot pengurusan birokrasinya.

            Logistick


            Menumukan tempat perbelanjaan di Makassar sangat banyak mulai dari pasar tradisonal sampai supermarket, di kawasan karst maros kami hanya bisa  temukan mini market dan pasar tradisional yang tidak jauh dari kawasan karst maros, dan banyak warung makan di temukan harga makanan di sekitar kawasan karst maros mulai harga Rp. 8.000, sampai Rp. 20.000,- jika hanya material ransum makanan yang ingin di beli biayanya hampir sama harga yang ada di supermarket atau pasar tradisonal yang berada di makassar
            Penginapan
            Hotel-hotel megah berdiri kokoh ditengah kota Makassar banyak di jumpai mulai dari motel sampai hotel berbintang 5 tarif biaya hotel bintang 1 sampai bintang 5 bertarif Rp. 200.000 – Rp. 600.000,- sedangkan motel hanya bertarif Rp.75.000 – Rp. 200.000,-kawasan karst maros juga memiliki wisama dan motel yang bertarif RP.80.000 – Rp. 150.000 yang bisa di nikamati.

            Peralatan
            Dalam perjalanan melakukan ekspolrasi gua-gua yang berada di kawasan karst maros kami mengunakan peralatan yang berstandar internasional yang memiliki lisensi dari UIIA. Dalam perjalanan kami memutuskan untuk membawah peralatan pribadi hanya seberat 3 kg sisanya tali dan logistik. agar lebih mudah mengakses gua – gua yang ada di kawasan karst maros.

Sekilas mata pencarian masyrakat dikawasan karst
            Masyarakat luar kawasan karst maros sebagain mencari kehidupan di kawasan karst di antara lain berkebun, ada yang mencari air areen yang di gunakan untuk membuat gula merah dan ada pula beberapa orang yang membuat minuman tradisional yang memiliki kadar alkhol yang di sebut minuman Ballo, dan tapi adapula yang mencari madu dan bahkan ada yang mengekspolitasi 20 jenis kupu-kupu yang endemik yang diguanakan sebagai hiasan dan gantugan kunci.

Sekilas Tentang Geologi, Hidrologi Di Kawasan Karst Maros

            Geologie
kawasan karst maros menurut jenis batuannya, yang didasarkan pada ciri-cirinya dari setiap satuan batuan. Memiliki formasi antara lain: Formasi Tonasa. terdiri dari batu gamping pejal, bioklastik,kalkarenit, koral dan kalsirudit bersisik.dan Formasi Camba. Formasi ini terdiri dari perselingan batuan sedimen laut dan batuan gunung api.

Hidrologie
            Kawasan karst maros memiliki Sungai Bantimurung. Sungai Bantimurung  merupakan salah satu  sumber pengairan persawahan di Maros serta dimanfaatkan air bersih bagi masyarakat. Disamping itu, aliran air bawah tanah/danau bawah tanah pada sistem perguaan. Mata air berdebit besar dijumpai pada batu gamping  dengan debit 50 - 250 l/dtk, sampai saat ini masih relatif stabil sepanjang tahun.

Sekilas Letak Administrasi  Kawasan Karst Maros
Kawasan karst maros terletak terletak antara 119° 34’ 17” – 119° 55’ 13” Bujur Timur dan antara 4° 42’ 49” – 5° 06’ 42” Lintang Selatan Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep  Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pangkep.


Daftar gua
ini hanya Sebagaian Berikut daftar gua yang kami ekspolrasi selama ada di kawasan karst maros Mungkin masih banyak gua – gua lain yang belum di temukan untuk menambah inventarisasi kami. 

GUA VERTIKAL
No
Nama gua
Lokasi
Kedalaman
1
Cave leang pute
Patiro
273 m
2
Cave dinasaurus
Patiro
158 m
3
Cave lubang monyet
Patiro
150 m
4
Cave lubang beru
Kampung baru
207 m
5
Cave kapa-kapasa
Patiro
210 m
6
Cave K 20
Kapang
160 m & 135 m
7
Cave lubang tomanangga
Kapang
190 m
8
Cave Vertical cave marthon
Kapang
215 m
9
Cave paniki
Kapang
135 m
10
Cave K 21
Kapang
130 m
11
Cave lubang pangge
Bengo
110 m
12
Cave lubang layae
Kampung baru
135 m
13
Cave salukang kalang
Kapang
180 m

Minggu, 18 November 2012

CANYONING WATER FALL MONROLO SYSTEM


Sebuah garis cakrawala senja mengantarkan kami pada sebuah desa terpencil di Kabupaten Maros, Desa Bonto Manurung namanya yang jarak dari makssar sekitar ± 40 km  yang hanya di tempuh dengan waktu 2 jam. Kabupaten Maros di kenal oleh dengan keindahan tower karst nya yang eksotik dengan air terjun bantimurungnya. Kali ini kami akan menceritakan tentang air terjun desa Bonto Manurung dusun Baru Kabupaten Maros,
Desa Bonto Manurung adalah sebuah desa yang terluar di Kabupaten Maros  desa ini berbatasan dengan Kabupaten Gowa hanya sebuah punggungan sarongan saringan yang begitu panjang  memisahkan desa ini dengan Kabupaten Gowa, mereka sama sekali belum disentuh oleh listrik hanya sebuah lampu pelita yang menerangi tiap malam anaknya untuk belajar, sunguh kasihan desa ini dan sungguh malang pula indonesia ku, yang katanya memiliki sumber daya alam yang melimpah. Masyrakat desa bonto manurung sangatlah ramah dan respek jika mereka kedatangan orang – orang yang datang dari luar desa ini.
Berbicara air terjun di Maros pasti orang akan banyak cerita tentang air terjun bantimurung yang ada di kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Kali ini kami akan menceritakan air terjun yang ada di system sungai Monrolo di Desa Bonto Manrung Dusun Barru, Sungai Monrolo dinamakan karena hulu sungai ini berasal dari sebuah gunung dengan bongkahan batu endesit yang besar membuat gunung ini kokoh berdiri dengan ketinggian ± 1600 Mdl. Aliran sungai ini menuju ke sungai Balasak dan bergabung nantinya ke sungai tanralili yang ada di kota maros.
Desa Bonto Manrung memiliki 6 buah air terjun yang kami namakan CANYONING WATER FALL MONROLO SYSTEM yang memiliki debit air ± 450L/s dan lebar sungai ± 10 m antara lain;
1.       Air terjun Saliyu berada pada hulu sungai yang memiliki ketinggian ± 55 m, Saliyu adalah sebuah bahasa makassar yang berarti kabut jadi air terjun ini berkabut,
2.       Air terjun Tumbu adalah air terjun ke dua dari atas yang memiliki ketinggian ± 20 meter
3.       Air terjun Jami air terjun ke 3 yang memiliki ketinggian ± 30 meter konon katanya pernah ada seseorang jatuh di air terjun ini bernama Jami maka di namakanlah Jami,
4.       Air terjun Panrang memilii ketinggian ± 25 meter dia berada di posisi ke 4 dari hulu sungai
5.       Air terjun Bumbungan memiliki ketinggian ± 30 meter dan
6.       Air terjun Lembang adalah air terjun terakhir yang memiliki ketinggian ± 70 meter 
AKSES TRANSPORTASI


Menuju Desa Bonto Manurung Dusun Baru Kecamatan Tanralili Kabuputan Maros, jika memulai dari terminal daya anda naik angkutan umum (pete-pete ) tujuan maros dengan biaya Rp. 4.000,- dan meminta kepada sopir angkutan umum untuk di turunkan di jembatan timbang yang berada di Maccopa, sesampai di Maccopa dilanjutkan dengan naik mobil menuju bonto manurung dengan biaya Rp. 30.000,-
Bila menggunakan kendaraan beroda dua (Motor ) hanya cukup membeli bensin Rp. 10.000,- anda sudah sampai di desa bonto manurung kecamatan tanralili.
AKESES MENUJU SUNGAI
 Perjalanan di mulai dari desa bonto manurung dusun baru dengan berjalan kaki dengan waktu tempu 45 -60 menit, jalurnya sangat jelas dan sangat mudah  karena jalur ini sering di lewati oleh masyarakat Bonto Manurung untuk pergi keladangnya serta organisasi mahasiswa pencinta alam biasanya  di gunakan sebagai jalur pendidikan dasar untuk daerah ini,
 Jika anda telah berakhir di air terjun lembang maka dengan hanya waktu 40 menit anda berjalan kaki sudah sampai di desa bonto manurung kembali.


Rekomendasi untuk kegiatan selanjutnya
1.       System Sungai Monrolo sangat cocok di gunakan sebagai pembagkit  listrik tenaga air untuk Masyarakat Bonto Manurung dan Masyrakat Bonto Parang
2.       Sangat potensial untuk pengembangan enregi biogas melihat limpahnya bahan baku biogas yakni kotoran sapi
3.       Butuh penyeluhan mengenai pertanian karena kondisi lahan desa sekitar ini sangatlah cocok untuk sayur-mayur
4.       Bentangan alam berupa pegunungan dan sungai mengalir yang banyak memiliki air terjun sangatlah mendukung untuk pengembang sektor pariwisata ( Canyoning, Rafting, Hiking dan Agrowisata ).

Keterangan
1.       Dokumentasi Korpala Unhas
2.       Catatan perjalan “Langit Tak Sebiru Lagi”
3.       Catatan kecil generation seventen “Kabut Telah Turun aku Harus Pergi”


TEAM 
Muh. Usama Amran (UCAM)
Hamrullah (AMBHUU)
Abdul Jalal (JALAL)


Hasriyanti (LISA)
Ari Kurniawati (NIA)
AHMAD 



Andi Mulatauwe (MULA