PRIMATA TERKECIL DI DUNIA
Di Temukan di Taman
Wisata Alam Gua Pattunuang Kab. Maros
Baharuddin Burhan, M.Si
Tamana wisata alam Pattunuang merupakan
salah satu kawasan pelestarian alam yang berada di Kab. Maros Provensi Sulawesi
Selatan berdasrkan SK Menteri Kehutanan NO. 59/Kpts-II/1987 Tanggal 8 November 1993
dengan luas 1.506,25 Ha. Taman wisata alam gua Patunuang di tunjuk untuk
melestarikan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai sarana pariwisata, rekreasi, pendidikan dan penelitian.
Keanekaragaman hayati yang di
miliki kawasan ini sangat banyak , salah satunya di antaranya adalah Tarsius Spectrum sebagai primata
terkecil di sunia yang beraktifitas pada malam hari (Nokturnal). Tarsius Spectrum
termasuk pemakan serangga, kecoak, cecak, ular daun, buah serta bii-bijian
sehinga termasuk satwa Insectior dan
penginacar biji-bijian. Daerah penyebaran Tarsius
Spectrum sangat tergantung pada
persedian dan penyebaran pakan serta tingkat keamanan habitat menurut Zaenal Sakram
(2003). Tipe habitat tarsius di kawasan ini adalah bambu, rongga kayu , tajuk
serta lubang batu. Keempat tipe habitat ini masing-masing memiliki kekurang dan
kelebihan misalnya pada habitat bamboo kelebihannya adalah tarsius dengan mudah
melahat predator , dapat dengan leluasa di tempati bermain, mudah mendapatkan
makanan. Adapun kekurangannya adalah mudah dilihat musuh, tembus air hujan
berarti tidak baik sebagi tempat berlindung (shelter).
Daerah tertorial Tarsius Spectrum dapat mencapai 2 KM,
sebagai tempat yang selalu di pertahankan. Tarsius jantan dan tarsius betina
masing-masing memiliki tugas, Tarsius betina betina bertugas didekat sarang
mengawasi keluarga, sedangkan tarsius jantan bertugas mencari makanan dan
mengelilingi daerah jelajah dengan luas berkisar 2-4 hektar (Zakram Sainal,
2003). Tugas ini dilakukan setiap hari, sehingga waktu berkumpul dengan
keluarga biasanya tarsius jantan selalu terlambat karena daerah jelajahya yang
cukup luas. Jika dalam perjalan pulang hujan turun dengan terpaksa harus
mencari tempat peristirahatan sementara sebelum berkumpul kembal dengan
kerabatnya.
Tarsius hidup berkelompok yaitu 4-5
individu berkelompok, pemisahan-pemisahan yang terjadi di dalam kelompok, hanya
bersifat sementara karena selalu kembali ke sarang.
Dalam Red Data Book/IUCN, spesies
ini memiliki tingkat ancaman yang lebih tinggi, harus mendapatkan penanganaan
secara serius terutama kerusakan habitat yang diakibatkan oleh ulah manusia. Kerusakan-kerusakan
ini dapat mempercepat laju kepunahan spesis, sehingga perlu upaya konservasi
yang dapat di lakukan adalah penyuluhan/ penyaar tahuan tentang keberadaan spesies
ini yang merupakan dunia yang patut di lestarikan karena nilai ekologi dan
ekosistemnya.
Pustaka:
-
BKSDA, 2003. Taman Wisata Alam Gua Patunuang
Maros.
-
Sakram Zaenal, 2003. Studi tipe habitat Tarsius
Spectrum Di Taman Wisata Alam Patunuang Kab. Maros
-
Dokumentasi: http://sptn2tnbantimurungbulusaraung.blogspot.com/
-
Bulatein Lembanna edisi ke 11/Mei 2005
0 komentar:
Posting Komentar