Rabu, 19 Desember 2012

PRIMATA TERKECIL DI DUNIA

PRIMATA TERKECIL DI DUNIA 
Di Temukan di Taman Wisata Alam Gua Pattunuang Kab. Maros
Baharuddin Burhan, M.Si

Tamana wisata alam Pattunuang merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang berada di Kab. Maros Provensi Sulawesi Selatan berdasrkan SK Menteri Kehutanan NO. 59/Kpts-II/1987 Tanggal 8 November 1993 dengan luas 1.506,25 Ha. Taman wisata alam gua Patunuang di tunjuk untuk melestarikan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sarana pariwisata, rekreasi, pendidikan dan penelitian.
Keanekaragaman hayati yang di miliki kawasan ini sangat banyak , salah satunya di antaranya adalah Tarsius Spectrum sebagai primata terkecil di sunia yang beraktifitas pada malam hari (Nokturnal). Tarsius Spectrum termasuk pemakan serangga, kecoak, cecak, ular daun, buah serta bii-bijian sehinga termasuk satwa Insectior dan penginacar biji-bijian. Daerah penyebaran Tarsius Spectrum sangat tergantung  pada persedian dan penyebaran pakan serta tingkat keamanan habitat menurut Zaenal Sakram (2003). Tipe habitat tarsius di kawasan ini adalah bambu, rongga kayu , tajuk serta lubang batu. Keempat tipe habitat ini masing-masing memiliki kekurang dan kelebihan misalnya pada habitat bamboo kelebihannya adalah tarsius dengan mudah melahat predator , dapat dengan leluasa di tempati bermain, mudah mendapatkan makanan. Adapun kekurangannya adalah mudah dilihat musuh, tembus air hujan berarti tidak baik sebagi tempat berlindung (shelter).
Daerah tertorial Tarsius Spectrum dapat mencapai 2 KM, sebagai tempat yang selalu di pertahankan. Tarsius jantan dan tarsius betina masing-masing memiliki tugas, Tarsius  betina betina bertugas didekat sarang mengawasi keluarga, sedangkan tarsius jantan bertugas mencari makanan dan mengelilingi daerah jelajah dengan luas berkisar 2-4 hektar (Zakram Sainal, 2003). Tugas ini dilakukan setiap hari, sehingga waktu berkumpul dengan keluarga biasanya tarsius jantan selalu terlambat karena daerah jelajahya yang cukup luas. Jika dalam perjalan pulang hujan turun dengan terpaksa harus mencari tempat peristirahatan sementara sebelum berkumpul kembal dengan kerabatnya.
Tarsius hidup berkelompok yaitu 4-5 individu berkelompok, pemisahan-pemisahan yang terjadi di dalam kelompok, hanya bersifat sementara karena selalu kembali ke sarang.
Dalam Red Data Book/IUCN,  spesies ini memiliki tingkat ancaman yang lebih tinggi, harus mendapatkan penanganaan secara serius terutama kerusakan habitat yang diakibatkan oleh ulah manusia. Kerusakan-kerusakan ini dapat mempercepat laju kepunahan spesis, sehingga perlu upaya konservasi yang dapat di lakukan adalah penyuluhan/ penyaar tahuan tentang keberadaan spesies ini yang merupakan dunia yang patut di lestarikan karena nilai ekologi dan ekosistemnya.
Pustaka:
-          BKSDA, 2003. Taman Wisata Alam  Gua Patunuang  Maros.
-          Sakram Zaenal, 2003. Studi tipe habitat Tarsius Spectrum Di Taman Wisata Alam Patunuang Kab. Maros
-          Dokumentasi: http://sptn2tnbantimurungbulusaraung.blogspot.com/
-          Bulatein Lembanna edisi ke 11/Mei 2005





0 komentar:

Posting Komentar